Sambilegi Baru Maguwo Yogyakarta. Dakwah Bil Hikmah ke Seluruh Nusantara, Ziarah & Rihlah, Umroh & Haji, Kajian Kitab Kuning, Pengajian Rutin, Lomba Sedekah.... PENDAFTARAN PROGRAM melalui Telepon 0852 9255 9801 [Kartono Ardyas], 0817 0414 198 [Dadang], 0274-6688342 (Jacky Tambi), 0815 7886 8043 [Sujud Mulia].
Ahlan Wasahlan Sugeng Rawuh ....
"SELURUH DUNIA ADALAH PESANTRENKU" demikian fatwa Sunan Kalijaga, 600 tahun yang lalu. Sabda pangandika ini mengisyaratkan bahwa tugas dakwah adalah ke seluruh alam tanpa batas. Maka Pesantren Khusnul Khatimah, nyendikani dawuh ini dengan mengirim ratusan santri, kyai, ulama, ustadz ke seluruh penjuru dunia untuk terus mengabarkan ketauhidan Allah SWT.
Zakat Mal, Sumbangan, Infak dan Sedekah Anda akan kami salurkan untuk membantu program dakwah ke pelosok-pelosok nusantara.
Zakat Mal, Sumbangan, Infak dan Sedekah Anda akan kami salurkan untuk membantu program dakwah ke pelosok-pelosok nusantara.
Minggu, 13 Juni 2010
AL MAGHFURLLAH GUS DUR
Menurut keterangan Kyai Agil siraj (Ketua PBNU) - SCTV dalam acara Mengenang 7 Hari Gus Dur tanggal 6 Januari 2010 jam 10.58
1. Kisah Makam Surya Memesa dan Ziarah Syekh Ali Uraidi bin Imam Ja’far Shadiq
Di sela-sela acara tahlilan hari ke-7 wafatnya Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa (5/1), Said Agil pernah diajak ziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan. Gus Dur membawanya ke sebuah kuburan yang sepi. Untuk mencapai lokasi saja, harus menyebrang sebuah situ (danau).
Saat tiba, Gus Dur menuju sebuah makam. Saat ditanya Said Agil, siapa jenazah yang telah dikebumikan di tanah ini? Gus Dur tidak langsung menjawab. “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan,” ujar Said Agil meniru ucapan Gus Dur.
Orang sakti yang dimaksud Gus Dur, sambung Said Agil, ternyata bernama Surya Mesesa, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Gus Dur memberitahukan kepada Said Agil, mengapa Surya Mesesa bisa masuk Islam.
“Untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syeikh Ali. Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujarnya.
Ceritanya, Gus Dur bersama Said Aqil ingin membacakan surat Al-Fatihah untuk Syekh Ali sebanyak seribu kali. Namun ketika mereka baru membacakan al-Fatihah sebanyak 30 kali tiba-tiba seorang polisi datang mengusir mereka dan mengatakan, “Musyrik, haram!”
Untung saja mereka bukan penduduk setempat, sehingga tidak dihukum berat, karena bagi mereka ziarah kubur adalah larangan berat. Namun Gus Dur sempat marah kepada polisi itu, “Kamu musuh Allah, Wahabi,” kata Gus Dur seperti dikutip Said Aqil saat memberikan testimoninya usai memimpin tahlilal 7 hari di Ciganjur, Selasa (5/1) malam.
Said Aqil bercerita, Gus Dur berziarah ke makam Syekh Ali al-Uraidhi karena Syekh ini konon sempat mengalahkan seorang yang hebat bernama Surya Mesesa. Ia merasa tak terkalahkan. Bahkan untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syekh Ali al-Uraidhi.
“Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujar Said Aqil. Cerita ini diperolehnya dari Gus Dur saat ia diajak berziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan.
Said Aqil bertanya, “Makam siapa Gus?” Gus Dur menjawab, “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan.” Karena itulah Gus Dur berziarah ke makam tersebut dan kemudian ke makam Syekh Ali al-Uraidhi.
Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur memang gemar berziarah ke makam para ulama dan sesepuh. Selain mendoakan mereka, dengan cara itu Gus Dur merangkai sejarah peristiwa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu, yang bahkan tidak tertulis dalam buku-buku sejarah.
Namun ada yang yang menarik ketika Gus Dur berziarah kesuatu makam, kata Kang Said. ”Kalau ada makam yang diziarahi Gus Dur, pasti kemudian makam itu ramai diziarahi orang. Gus Dur memang tidak hanya memberkahi orang yang hidup, tapi juga orang yang sudah mati,” katanya disambut tawa hadirin. (nam) (sumber 1 , sumber 2)
2. Bertemu dan didoakan wali di madinah
setelah berziarah (point 1) , beliau berdoa di raudah, malamnya gus dur ngajak kyai agil jalan2 ke masjid untuk mencari seorang wali
setelah muter2 dimasjid, kyai agil ketemu sm orang pake surban tinggi, lagi ngajar santrinya banyak, bilang sm gus dur
‘apa ini wali gus ?’
gus dur bilang, ‘bukan’
akhirnya cari lagi,ketemu sm orang yg pake surban dengan jidat hitam , gus dur bilang ‘bukan ini’
kemudian gus dur menghentikan langkah di dekat orang yg pake surban kecil biasa, duduk diatas sajadah, baru gus dur bilang, ‘ini adalah wali’
kemudian kyai agil memperkenalkan pada wali tersebut, dalam bahasa arab, dan terjemahannya seperti ini
‘Syekh, ini sy perkenalkan namanya ustad Abdurrahman Wahid, ketua organisasi islam terbesar di asia’,
tujuan dari mencari wali ini ialah ingin didoakan oleh seorang wali. akhirnya wali ini berdoa untuk gus dur semoga di ridloi, di ampuni , hidupnya sukses. setelah itu wali tersebut pergi sambil menyeret sajadahnya dan mengatakan ‘dosa apa saya? sampai2 maqom/kedudukan saya diketahui oleh orang’…
dalam sebuah atsar (perkataan ulama2) menyatakan bahwa ‘yang mengetahui kedudukan seorang wali adalah sesama wali itu sendiri’
3. Weruh sak durunge wineruh.
Artikel ini sy ambil dari http://tengkuzulkarnain.net/index.php/artikel/index/72/Selamat-Jalan-Gusdur
Kiayi Haji Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI yang ke-4 sudah lama saya kenal melalui siaran televisi, koran-koran dan buku-buku yang memuat pemikiran beliau. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah saat kami berdua pernah duduk bersama seharian penuh dari pukul 07.00 pagi hari sampai 19.00 malam hari. Kebersamaan kami berlangsung di Riau, tepatnya di kediaman Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal. Ketika itu Gubernur Riau sendiri yang meminta saya untuk menemani Gusdur sebagai ‘pengganti’ tuan rumah, karena Gubernur Riau tidak dapat terus menerus menemani Gusdur.
Jadilah pertemuan kami itu berlangsung aman, tanpa ada gangguan sedikitpun. Saya masih ingat rombongan Gusdur saat itu lumayan ramai juga, di antaranya adalah Muhaimin Iskandar (sekarang menjadi Menteri Tenaga Kerja RI), dan saudara Lukman Edi (seorang anggota DPR RI). Sepanjang hari itu, kami duduk bersebelahan dan berbicara panjang lebar mulai dari masalah agama, masalah negara, masalah pemimpin-pemimpin Indonesia.
Ketika membicarakan masalah agama kami terlibat dalam pembicaraan sangat serius. Saat itu kami berkesempatan untuk membuktikan secara langsung kata-kata orang yang banyak saya dengar, yang menyatakan bahwa Gusdur menguasai banyak kitab-kitab klasik. Maka kami membuka dialog dengan mencuplik kitab-kitab klasik yang pernah kami baca mulai dari karangan Imam As Syafi’i, Imam Harmaini, Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Katsir, dan lain-lain. Apa yang terjadi…? Gusdur ternyata bukan hanya mahir mengimbangi pembicaraan mengenai berbagai permasalahan yang kami kemukakan, namun dengan mahir beliau malah membacakan matan-matan semua persoalan tersebut dalam bahasa Arab yang asli, tepat seperti isi kitab yang asli. Tidak dapat kami pungkiri bahwa saat itu hati kami bergetar, kagum, heran, juga bahagia. Yakinlah kami bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa dan telah menciptakan hamba-hambaNya dengan berbagai kelebihan. Subhanallah…
Ketika membahas kepemimpinan nasional, Gusdur dengan disertai humor-humor kocak sana sini menjelaskan dan berdiskusi dengan kami tentang banyak hal. Satu yang sangat kami catat kuat dalam ingatan kami bahwa tidak pernah sekalipun terucap kata-kata jelek yang bersifat mempersalahkan seorangpun dari pemimpin nasional kita. Ketika membahas Pak Harto, nada ucapan beliau berubah menjadi sangat lembut dan serius. Saat itu Gusdur berkata dan kami masih ingat benar, beliau berucap begini: “Pak Harto sebagai seorang pemimpin nasional telah memberikan contoh sebuah pekerjaan yang terencana dan terukur. Program beliau direncanakan rapi dan diukur setelah waktu pelaksanaan berakhir.” Kemudian beliau berdiam berapa saat. Kemudian beliau tertawa kecil seraya berkata sambil tertawa: “laahha kalo saya, kerja kapan inget, terus saya buat saja..”
Kesan saya saat itu muncul, sebagai orang Jawa asli, Gusdur terbiasa dengan sikap dan adab orang Jawa, mikul nduwur yaitu menghormati orang yang lebih tua. Beliau jujur dan humoris. Jujur dalam arti tidak menyembunyikan kelemahan dirinya.
Pertemuan kami berjalan manis. Kami hanya berpisah beberapa menit saat waktu sholat Dzuhur dan Ashar tiba, untuk kemudian duduk kembali di meja yang sama. Ada beberapa keistimewaan Gusdur yang saya yakin muncul dari indera keenam beliau. Ketika beliau bertanya kepada kami: “Sampeyan itu kan orang Medan, kok kata Gubernur tadi, sampeyan orang Riau?” Kemudian kami menjelaskan bahwa ibu kami adalah orang Riau dari Rokan Hilir, Bagan Siapi-api. Namun kemudian beliau berkata: “Rumah sampeyan di Klender, sampeyan buat pengajian malam senin di Klender, terus sampeyan begini…sampeyan begitu..” yang kesemuanya tepat dan benar. Paling aneh adalah saat kami katakan bahwa kami akan pulang pukul 17.00 dengan pesawat Mandala, saat itu beliau berkata kepada saya dengan tegas: “Ndak, sampeyan pulang dengan saya naek Garuda jam 7 (malam).” Menanggapi ucapan itu kami diam saja sebab di tangan kami sudah ada tiket Mandala pukul 5 sore rute Pekanbaru-Jakarta.
Ternyata pesawat Mandala delay sampai pukul 21.00, maka jadilah kami bertukar pesawat naik Garuda Indonesia bersama dengan Gusdur. Ada satu nasehat beliau kepada kami yang akan tetap kami ingat. “Negeri Riau adalah negerinya orang-orang Naqsyabandi. Dan dari sini telah muncul seorang wali besar Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sampeyan musti jaga negeri ini, jangan dibiarkan begitu saja apalagi ibunya sampeyan orang asli negeri ini.” Saat itu beliau pegang tangan saya dan saya pun menjawab dengan rasa haru: “Iya Gus, saya pasti akan menjaga negeri saya ini.”
Sekarang Gusdur telah berpulang bertemu dengan Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Setelah sebelumnya memandang dengan bashirah beliau kedatangan sang kakek tercinta, Ulama Besar pendiri NU untuk mendampingi beliau di alam barzakh. Kami berdoa semoga beliau nyaman berdekatan dengan Kakek dan Bapak beliau di tanah Jombang, Pesantren keluarga besar Syaikh Asy’ari.
Selamat jalan Gusdur…Nasehat panjenengan senantiasa akan kami ingat sebagai kenangan manis antara orangtua kepada anaknya. Assalamu’alaika…
[Dikutip dari dinding sebelah li ridoillahi ta'ala ]
Gus Sholah Minta Peziarah Gus Dur Jauhi Syirik
Tak jarang di antara peziarah itu menangis dan menitikkan air mata di depan makam Gus Dur dan para sesepuh NU di komplek pemakaman itu. Di sela-sela mereka membaca surat Yasin dan tahlil.
Namun selain memanjatkan doa, tak jarang di antara peziarah yang mulai berperilaku berlebihan. Misalnya mengambil tanah gundukan di pusara mantan presiden RI ke-4 tersebut. Bukan hanya itu, sejumlah peziarah juga mengambil bunga yang berada di atas makam Gus Dur.
Umayah, satu peziarah mengaku setelah memanjatkan doa di depan makam Gus Dur ia bersama rombongan kembali ke kota asalnya, yakni Gresik.
Namun sebelum beranjak dari makam, ia terlebih dahulu mengambil tanah segenggam. Tanah tersebut akan dibawa pulang dan disimpan di rumahnya.
Umayah bersama rombongan percaya bahwasannya tanah tersebut akan membawa berkah tersendiri. Sebab, mantan ketua PBNU itu merupakan tokoh bangsa dan keturunan kiai. “Insya Allah, dengan menyimpan tanah ini kami akan mendapatkan barokah,” kata perempuan berjilbab ini sembari menunjukkan tanah yang digenggamnya, Jumat (1/1) kemarin.
Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), yang juga adik kandung Gus Dur sudah memperingatkan agar tidak berlaku berlebihan di makam. “Jika diteruskan hal itu bisa mengarah kepada kemusyrikan,” tegas Gus Sholah.
Gus Solah menjelaskan, ia sudah mendengar laporan dari para santri terkait fenomena tersebut. Ia juga sangat menyayangkan aksi ‘irasional’ yang dilakukan oleh peziarah tersebut.
Syeikh As Sudais Pimpin Shalat Gaib untuk Gus Dur di Istiqlal
Doa khusus untuk almarhum Gus Dur dipanjatkan di Masjid Istiqlal. Ustad yang memimpin doa tersebut sungguh istimewa, Imam Masjidil Haram Syekh Dr H Abdurrahman Bin Abdul Aziz Al Sudais. Abdurrahman juga memimpin shalat gaib.
Sebagaimana dikutip detikcom, Jumat (1/1) doa yang dipanjatkan untuk Gus Dur dilakukan sebelum shalat Jumat digelar. Takmir masjid mengumumkan bahwa akan dipanjatkan doa untuk almarhum Gus Dur yang dipimpin oleh Abdurrahman Sudais. Takmir meminta jamaah bersama-sama ikut mendoakan.
“Kepada para jamaah Masjid Istiqlal, mari bersama-sama kita panjatkan sejenak doa-doa untuk almarhum Gus Dur, semoga selamat dunia akhirat,” kata takmir.
Abdurrahman Sudais yang mengenakan jubah warna putih dan mengenakan sorban bercorak merah dan putih kemudian memanjatkan doa dengan bahasa Arab. Doa dipanjatkan sekitar lima menit. Para jamaah mengirinya dengan ‘amien’.
Jamaah shalat Istiqlal kemudian mendapat siraman rohani dari Abdurrahman Sudais, karena ulama berkacamata itu bertindak sebagai pengkhutbah.
Dalam khutbah berbahasa Arab itu, Abdurrahman menyinggung tentang pentingnya membina keluarga sakinah. Dia menjelaskan perlunya seorang muslim menjadi kepala keluarga dalam membina istri dan anak-anaknya dalam berpakaian, bergaul dan berakhlak islami.
Seusai shalat Jumat, Abdurrahman Sudais juga diminta takmir masjid untuk memimpin shalat gaib untuk Gus Dur. Shalat gaib diikuti sebagian besar jamaah. Di hari libur Tahun Baru ini, masjid Istiqlal tetap dipadati jamaah, meski tidak terlalu penuh.
Salah seorang takmir Masjid Istiqlal, Yanto, saat ditemui detikcom mengatakan Abdurrahman Sudais berada di Istiqlal untuk silaturahmi. “Kebetulan hari ini Istiqlal mendapat tamu kehormatan dari Abdurrahman Sudais dan sejulah tamu dan utusan dari beberapa negara seperti Mesir, Arab Saudi, dan negara-negara Islam lainnya,” kata Yanto.
Abdurrahman Sudais berada di Jakarta sejak beberapa hari lalu. Sebelumnya, Abdurrahman bertemu Presiden SBY di Istana Negara terkait penyelenggaraan Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadist Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz Al Suud Tingkat ASEAN Tahun 2009
Desakan penetapan Gus Dur sebagai pahlawan Nasional
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah menetapkan mantan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai pahlawan nasional. Gus Dur, menurut politisi yang tergabung dalam Kaukus Parlemen Pancasila ini, adalah figur yang menjaga ide Bhinneka Tunggal Ika tetap relevan.
Anggota Kaukus Parlemen Pancasila ini terdiri dari Eva Kusuma Sundari (PDIP), Rieke Diah Pitaloka (PDIP), Bambang Soesatyo (Golkar), M Romahurmuziy (PPP), Ahmad Muzani (Gerindra) dan
Akbar Faizal (Hanura).
“Pernyataan simpati dan kehilangan atas berpulangnya Gus Dur begitu meluap melintasi batas negara dan sentimen-sentimen primordial berbasis apapun,” kata mereka dalam pernyataan tertulis ke VIVAnews, Jumat 1 Januari 2009.
Gus Dur adalah putra Republik dan tokoh dunia karena pikiran dan tindakannya mencerminkan kepentingan universal. “Demi memberikan penghargaan atas kerja-kerja almarhum dan keberlangsungan ide-ide kebhinnekaan untuk memperkuat NKRI maka Kaukus Parlemen Pancasila mengusulkan kepada DPR dan pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada almarhum Gus Dur,” ujar mereka.
Usul gelar pahlawan nasional juga telah disampaikan Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Kebangkitan Bangsa. Dua partai ini dikenal sebagai partai yang banyak didukung massa Nahdlatul Ulama, yang tiga periode dipimpin Gus Dur.
[dari dinding tetangga]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bukan waliullah tapi wali setan lihat aja link di bawah ini
BalasHapushttp://www.youtube.com/watch?v=DiZOuZAzThE
bang abaisfa55puger, tolong kalo komen yang bagus... apapun itu perlu diapreasi... jangan saling hasut dengki...
BalasHapusAllahu yarhamhu Gus..
BalasHapus