Ahlan Wasahlan Sugeng Rawuh ....

"SELURUH DUNIA ADALAH PESANTRENKU" demikian fatwa Sunan Kalijaga, 600 tahun yang lalu. Sabda pangandika ini mengisyaratkan bahwa tugas dakwah adalah ke seluruh alam tanpa batas. Maka Pesantren Khusnul Khatimah, nyendikani dawuh ini dengan mengirim ratusan santri, kyai, ulama, ustadz ke seluruh penjuru dunia untuk terus mengabarkan ketauhidan Allah SWT.

Zakat Mal, Sumbangan, Infak dan Sedekah Anda
akan kami salurkan untuk membantu program dakwah ke pelosok-pelosok nusantara.

Kamis, 20 Mei 2010

Makam Mbah Priok

Makam Koja


Jakarta - Awal September lalu, US Coast Guard mengeluarkan peringatan bagi 10 pelabuhan di Indonesia yang tidak aman. Salah satunya adalah Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Jakarta Utara. Alasan Amerika Serikat (AS), TPK Koja dinilai tidak steril bagi lalu lintas bongkar muat internasional. Sebab, di komplek TPK Koja itu ada makam keramat yang masih utuh. Hal itu mendorong peziarah yang ingin menyambangi makam itu harus memasuki komplek terminal. Aktivitas peziarah itulah yang dinilai AS menjadikan TPK Koja tidak steril dan tidak aman. Benarkah demikian? detikcom berusaha memastikan dengan mengunjungi langsung makam itu, Jumat (1/9/2007), bertepatan dengan hari kedua puasa Ramadan tahun ini. Komplek makam itu terlihat lengang. Udara panas bercambur debu menyapu pintu gerbang yang tidak lagi kokoh. Hanya tembok rapuh berpagar pintu teralis besi yang sudah karatan. Plang makam menjadi penanda bangunan itu: "Makam Keramat Mbah Priok, Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad,". Tulisan putih itu dipapan kayu berdsar warna hijau gelap. Dua penjaga makam menghampiri dan segera menanyakan maksud kedatangan dengan sedikit menyelidik. Ada sebersit ketakutan yang terpancar dari wajah penjaga makam itu terhadap orang asing. "Maaf, bang di sini usdah sering kedatangan tamu dari pihak yang tidak suka pada kami. Motret-motret untuk kepentingan yang nggak jelas," kata Habib Ali bin Admamun Ali Idurs, pewaris kompleks makam, ketika menerima detikcom. Menurut pria keturunan Arab ini, sejak pembangunan TPK Koja, komleks makam itu menjadi terjepit. Lahan seluas 7 hektar menjadi rebutan bisnis. Pihaknya mengaku seringkali diteror untuk melepas tanah warisan itu. "Pernah disantet, pernah diracun, pernah hendak ditabrak. Tapi semua selamat," kata Habib Ali. Keluarga Cendana dan Ny Ani Yudhoyono Padahal, menurut dia, seharusnya pemerintah menjaga kawasan itu karena nilai historis yang dimilikinya. Makam itu telah ada sejak Jakarta masih muda, yakni 1756. Saking bersejarahnya, peziarah rajin mengunjungi makam itu dan mencari ketenangan batin di kawasan itu. "Bahkan banyak pejabat mampir ke sini untuk berdoa. Keluarga Cendana masih sering ke sini. Termasuk Ibu Ani Yudhoyono," tambah keturunan ke-9 dari Habib Hasan itu. Kini ancaman penggusuran terhadap kompleks makam itu semakin menguat. Terutama setelah ada peringatan dari US Coast Guard. Namun, pihaknya meminta pemerintah tetap memberikan ruang bebas bagi keberadaan makam itu. Solusinya, kata Habib Ali, akan diberikan pedestrian khusus untuk peziarah. "Akan dibikin jalan tembusan langsung ke jalan raya Jampea. Ya itu lebih baik, ada perhatian. Asal tidak diusik lagi," sergah Habib Ali. Menurut dia, tiap malam Jumat, peziarah di makam itu bisa berjumah ratusan. Mereka menggunakan kendaraan pribadi atau mencarter bus. Bahkan di bulan tertentu seperti bulan safar, jumah pengunjung mencapai 1.700 orang. "Kalau bulan puasa biasa, stabil. Kami nggak merasa terganggu. Karena kami hanya melakukan rutin pengajian majlis taklim," cerita dia sambil menunjukkan jaket cokelat gelap yang biasa dipakai oleh pemuda-pemuda pengajian. Nah, tidak jauh dari komplek makam yang berada di mulut TPK Koja, terdapat masjid At-Tauhid. Masjid itu masih satu kompleks dengan makam, namun terpisahkan oleh tanah kosong berupa rawa kering. "Masjid itu kami pisah. Karena tujuan orang, kan beda-beda," ucapnya. Namun, kondisi masjid itu juga memprihatinkan. Kubah masjid dan menara setinggi kurang lebih 15 meter, semua bercat putih yang mulai kusam oleh debu dan kurang terawat. Sementara bagian dalam tidak begitu menawan. Keadaan makam dan masjid itu kontras dengan kompleks terminal internasional itu. Yang megah oleh kapal besar dan perputaran uang hingga miliaran rupiah perhari. (Ari/asy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar